Artis masuk politik setujuhkah anda

Sawah Terancam Terbengkalai

on Minggu, 25 April 2010



EMPATLAWANG -Puluhan ribu sawah dibeberapa desa dalam Kecamatan Pendopo Kabupaten Empatlawang terancam terbengkalai. Itu terkait dengan rencana rehabilitasi irigasi Sungai Siringanyar yang mengairi persawahan di Kecamatan Pendopo.

Informasi rencana itu diterima warga secara berbeda-beda. Ada yang menyebut pengeringan mulai bulan Mei 2010. Namun ada yang informasi yang mempersilahkan warga menanam lebih dahulu karena pengeringan diundurkan waktunya. Akibatnya petani ragu menggarap sawah mereka. Alasannya dikhawatirkan dilakukan pengeringan saluran irigasi.

Informasi mana yang benar? Kalau begini kami bingung akan mengelolah sawah atau belum,” kata Wastap, petani di Desa Beruge Tengah, Kecamatan Pendopo, Senin (19/4).
Menurutnya dengan perbedaan informasi ini, menyebabkan keraguan dan kekhawatiran petani. Ditakutkan, sawah sudah dioleh sedangkan air tidak mengalir. Atau mereka sudah bercocok tanam akan lebih parah lagi.

Hal senada diungkapkan Mardin, petani di Desa Gunung Meraksa Baru. Ia masih ragu bertanam palawija, karena informasi pengeringan sungai dimundurkan. “Kalau memang benar belum dilaksanakan saya akan bercocok tanam padi kembali. Ya, himbauan kepada petani harus jelas supaya tidak simpang siur,” katanya.

Dari informasi yang dihimpun, areal persawahan saat ini sebagian besar sudah selesai panen dan siap digarap untuk tanaman baru. Areal tersebut meliputi Desa Bayau, Gunung Meraksa Baru, Beruge Tengah, Pagaralam, serta kawasan Talangjawa Pasar Pendopo dengan luas areal persawahan mencapai ribuan hektare. Selain itu areal persawahan Desa Karangtanding, Kecamatan Lintangkanan juga terancam kekeringan.

sumber : sriwijaya post

on Rabu, 21 April 2010


15 Situs Kubur Batu Ditemukan

Sedikitnya ada 15 kuburan batu telah ditemukan di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan (Sumsel) yang lokasinya tersebar di lima kecamatan.


Informasi dari lokasi penemuan kubur batu itu, Senin, menyebutkan, rincian lokasi penemuan rumah batu tersebut antara lain dua berada di Kecamatan Pagaralam Utara, dua di Kecamatan Dempo Utara, dan satu di Kecamatan Dempo Tengah wilayah Kota Pagaralam.

Kemudian untuk wilayah Lahat, yaitu tujuh di Kecamatan Pajarbulan, satu di Kecamatan Jarai, dan dua kubur batu di Desa Talang Pagar Agung, Kecamatan Pajarbulan.

Penemuan kuburan batu itu, menurut informasi warga setempat banyak terjadi antara lain melalui proses mimpi, sehingga setelah itu dilakukan penggalian yang dilakukan penduduk setempat.

Aset cagar budaya ini semuanya masih belum dikelola pemerintah, dan penduduk setempat yang merupakan pemilik lahan penemuan bangunan bersejarah tersebut.

"Untuk saat ini semua kuburan batu yang sudah ditemukan langsung dilakukan penelitian dan pendataan untuk mengetahui dengan pasti jenis cagar budaya tersebut," kata Akhmad Rifai, petugas Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) dengan wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Babel.

Dia mengatakan, memang ada beberapa jenis peninggalan purbakala yang sudah ditemukan di wilayah Pagaralam dan Lahat, yaitu megalit, kuburan batu, tempayan, arca, lumpang batu, dan beberpa jenis benda bersejarah diperkirakan berusia ratusan hingga ribuan tahun lalu.

"Kami sudah melakukan pendataan penemuan kuburan batu, seperti di Dusun Tanjung Aro 2, Dusun Tegurwangi 2, Dusun Belumai 1 untuk Pagaralam, sedangkan wilayah Lahat di Desa Kota Raya Lembak 7, Desa Gunung Megang 1," ujar dia.

Akhmad mengatakan, setelah dilakukan pendataan semua cagar budaya tersebut langsung dilindungi BP3 Jambi dan langsung mengangkat juru kunci sebagai petugas pemeliharaannya.

"Sedangkan untuk kuburan batu atau situs yang ditemukan di Desa Talang Pagaragung, Kecamatan Pajarbulan belum dimasukkan dalam salah satu benda bersejarah yang harus dilindungi karena baru ditemukan dan masih dalam proses penelitian tim dari arkeologi BP3 Jambi," katanya.

Ia mengatakan, penelitian hanya bersifat menentukan umur, masa dan jenis-jenis benda yang terdapat di dalam bangunan tersebut saat dilakukan penggalian.

"Kami sudah melakukan penelitian bentuk bangunan bukan tempat pemujaan atau langgar, tapi merupakan kuburan batu sama dengan yang sudah lebih dulu ditemukan di daerah lainnya, baik di Kota Pagaralam maupun wilayah Kabupaten Lahat," demikian Akhmad Rifai.


Potensi Wisata Lintang 4 Lawang

Jika berbicara mengenai industri pariwisata di indonesia, pasti akan disebut selalu ,indahnya pulau Bali, atau uniknya kehidupan biota laut di bunaken, Sulawesi Utara, bagaimana dengan potensi wisata di daerah kita, Lintang Empat Lawang ? wah banyak sekali sebenarnya, sayang belum dikelola baik oleh pemda setempat atau dari pihak swasta, promosi mengenai tempat wisata disini belum mendunia, tapi keindahannya benar2 tiada tara.

TUJUAN WISATA DI EMPAT LAWANG

berikut ini kami sajikan sekilas mengenai beberapa potensi wisata yang berada di berbagai daerah yg juga merupakan bagian dari daerah Lintang Empat Lawang, yaitu diantaranya adalah :

* Gunung Dempo, gunung yang sangat indah ini mempunyai ketinggian sekitar 3159 mdpl diatas permukaan laut, anda bisa melihat hamparan bunga bunga edelweis yg tumbuh subur disana, sangat natural dan asri. Gunung ini terletak di perbatasan propinsi Sumatera Selatan dan propinsi Bengkulu, Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu anda harus mencapai kota Pagar Alam, dengan jarak ± 290 km atau kurang lebih 6 jam perjalanan darat dari Palembang. Dari ibukota Sumsel ini tersedia banyak bus ke arah Pagar Alam, antara lain travel/Bus Telaga Biru, travel/Bus Melati, Travel Sinar Dempo dan travel/bus Dharma Karya. Atau apabila anda dari Jakarta, menggunakan bus Garuda Dempo, bus Sinar Dempo, Bus Patmos, atau menumpang bus jurusan Bengkulu atau Padang, dan turun di kabupaten Lahat.


* Air Terjun Curup Embun dan Danau Tebat Sekedi, Kedua tempat wisata ini tepatnya berjarak kurang lebih 10 km dari desa Sukadana, kecamatan muara pinang kabupaten Empat Lawang, selama ini kedua tempat wisata tersebut banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal yg berasal dari daerah empat lawang , maupun masyarakat dari daerah pagaralam dan propinsi bengkulu, akses jalan yang kurang bagus sangat menghambat para wisatawan pergi kesana, namun sudah ada rencana untuk perbaikan jalan menuju kesana.


* Air Terjun Tujuh Tingkat, yang berlokasi di desa Tanjung Alam, kecamatan Lintang Kanan, Empat Lawang.


* Wisata Air Panas, yang berlokasi di kecamatan Pasemah atau lebih tepatnya Pasemah Air Keruh.


* Pantai Air Bayau yang terletak di kecamatan Muara Pinang.


* Pantai Air Musi yang berlokasi di Desa Terusan Baru, kecamatan Tebing Tinggi.

Sebenarnya banyak sekali potensi wisata yg belum tergali oleh masyarakat dan pemda setempat. Semua tempat wisata ini rencananya akan di kembangkan oleh pemda Lintang Empat Lawang dengan melakukan pembenahan infrastruktur umum, mengundang investor asing maupun dalam negeri, gencar melakukan promosi wisata di daerah pusat maupun di kementrian pariwisata indonesia.

Demikianlah sekilas mengenai potensi wisata di daerah Lintang Empat Lawang, semoga bisa dijadikan tujuan wisata yang potensial baik di kalangan wisata domestik maupun luar negeri. Dan kita sebagai putra putri yang berasal dari daerah ini, wajib mengenalkan potensi wisata di daerah kita, untuk kemajuan pembangunan ekonomi masyarakat kita yang berada disana, ok.

on Jumat, 16 April 2010


Jembatan Empat Lawang Sumsel Putus Korban Hanyut

Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Sekitar 10 korban hanyut, dan dua meninggal dunia setelah terbawa arus akibat jembatan gantung di Desa Lesung Batu, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, Jumat, putus.

Jembatan dengan panjang sekitar 80 meter dan lebar sekitar 1,5 meter itu, kondisinya memang sudah termakan usia, kawat seling dan kayu pengikat lantai bangunan tersebut juga sudah rapuh, sehingga mempermudah terputusnya kawat pengikat rangkaian jembatan penghubung antara Desa Lesung Batu dengan Desa Tanjung Alam, Empat Lawang tersebut.

Kejadian putusnya jembatan berawal ketika sekitar sepuluh orang sedang melintas ingin menyeberangi Sungai Air Lintang dengan berjalan kaki.

Setelah beberapa meter berjalan, tiba-tiba jembatan berderak langsung putus dan puluhan korban langsung tercebur masuk ke dalam sungai.

Meskipun sempat hanyut, delapan korban masih sempat menyelamatkan diri, namun dua orang terbawa arus sungai yang cukup deras, sehingga tidak dapat diselamatkan lagi.

Korban meninggal satu wanita dan satu lagi balita yang hingga saat ini belum juga ditemukan serta belum diketahui identitasnya.

"Memang kondisi jembatan sudah terlalu tua dan belum pernah dilakukan perbaikan, sehingga kemampuan menahan beban juga berkurang. Akibatnya, saat puluhan orang melintasi jembatan ini langsung putus dan dua anak beranak menjadi korban meninggal setelah hanyut puluhan kilometer," kata Ali, warga setempat.

Dia mengatakan, korban meninggal hanya satu yang berhasil ditemukan di daerah Tebing Tinggi, sedangkan korban yang masih balita belum diketahui keberadaanya hingga saat ini.

Sekitar delapan orang lagi masih sempat menyelamatkan diri, meskipun sudah sempat hanyut beberapa meter.

"Kami belum dapat mengidentifikasi dengan jelas warga yang menjadi korban jembatan gantung di Sungai Air Lintang Desa Lesung Batu, Empat Lawang putus itu. Dua yang meninggal dan yang lain bisa selamat. Hanya satu korban meninggal akibat hanyut berhasil ditemukan, sedangkan balita umur sekitar tiga tahun masih belum berhasil dievakuasi," ujar dia.

Kepala Dinas PU Kabupaten Empat Lawang, Ismail, didampingi Kasi Bina Marga, Kisman, mengaku belum mendapatkan informasi jika ada jembatan gantung yang terputus di daerah Lintang Kanan, namun pihaknya akan segera turun ke lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab jembatan tersebut putus.

"Kami akan segera menurunkan petugas untuk melakukan pengecekan terhadap jembatan yang putus dan menimbulkan korban tersebut. Hingga saat ini belum ada laporan jika jembatan gantung di Lintang Kanan putus," kata dia.

Dia mengatakan, akan menjadi prioritas bagi Pemkab Empat Lawang untuk melakukan perbaikan terhadap sejumlah jembatan yang mengalami kerusakan, termasuk di Desa Lesung Batu tersebut.

album photo

on Jumat, 09 April 2010


Sebanarnya ada cukup banyak tempat wisata menarik yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ini. Melalui program Visit Musi 2008 yang digagas Pemerintah Daerah Sumsel merupakan salah satu cara mengenalkan lebih dekat aset-aset wisata di provinsi yang dikenal sebagai Bumi Sriwijaya ini, kepada masyarakat. Tidak hanya mereka yang berdomisili di Sumsel saja, tapi masyarakat di luar provinsi itu pun bisa mengenal lebih dekat potensi wisata yang dimiliki provinsi ini.


Jum’at lalu (2/5), saya menemani Redha, teman saya dari Lampung, jalan-jalan melihat Sungai Musi dari tepi seputaran Benteng Kuto Besak atau BKB. Pemandangannya indah. Angin berhembus terasa kering. Maklum ketika itu terik matahari cukup terasa panas.

Saya sendiri sebenarnya jarang nongkrong di seputaran BKB. Maklum saja untuk ke sana kalau sendiri rasanya kurang afdol bersama teman-teman. Malah saya pernah ke BKB bersama teman-teman SMA saya ketika pulang dari acara buka puasa bersama di sebuah tempat makan cepat saji di Jalan Veteran, Palembang.

Waktu itu kami ada sekitar berlima menumpang mobil Avanza hitam yang dikendarai Johan, salah satu dari teman saya tadi. Malam-malam kesana sekitar pukul 1 dini hari. Suasana di sana sepi. Hening. Kebetulan saya membawa kamera digital, inisiatif menjadi narsis pun datang segera. Berfoto-fotolah kami di sana. Mengambil latarbelakang Jembatan Ampera yang disinari lampu-lampu yang indah, kami ‘berfoya-foya’ foto bersama. Pulang dari situ tak terasa sudah pukul 3 dini hari dan menjelang imsak harus segera pulang untuk makan sahur.

Bedanya terakhir saya dan Redha ke BKB bisa berfoto-foto dengan latarbelakang Jembatan Ampera pada siang hari yang cukup terik matahari. Selain itu, tak sengaja menemukan sebuah billboard “Peta Objek Wisata Provinsi Sumatera Selatan”.

Ada banyak wisata yang disebutkan di billboard itu, antara lain: di Kabupaten Musi Banyuasin memiliki Danau Ulak Lia, di Kabupaten Banyuasi memiliki Cagar Alam Sembilang, di Kabupaten Muara Enim memiliki Air Terjun Bedegung yang jaraknya 125 KM dari kota Palembang, di Kabupaten Lahat ada Bukit Telunjuk yang jaraknya 225 KM dari Kota Palembang, Ribang Kemambang jaraknya 225 KM dari Kota Palembang, Kabupaten Pagar Alam memiliki Batu Megalith dan Gunung Dempo (3159 mdpl) bisa ditempuh dari Kota Palembang dengan jarak tempuh 125 KM.

Lalu, Kabupaten Oku Selatan memiliki Danau Ranau yang berbatasan dengan Provinsi Lampung dan dapat dijangkau 125 KM dari Baturaja, Kabupaten Oku Timur memiliki Irigasi “Upper Komering” dapat ditempuh 50 KM dari Baturaja dan Goa Putri yang dapat ditempuh 236 KM dari Palembang, Kota Prabumulih memiliki kawasan yang disebut “Kota Nanas” yang dapat ditempuh 125 KM, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) memiliki Danau Teluk Gelam yang dapat ditempuh sejauh 66 KM dari Kota Palembang, dan di Kota Pelembang sendiri juga banyak objek wisata yang patut dikunjungi, seperti: Benteng Kuto Besak (BKB), Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi, Taman Wisata Puntikayu dan masih banyak lagi lainnya.

sumber:http://wongkito.net/14-05-2008/peta-objek-wisata-sumatera-selatan.htm

Tujuan wisata kali ini

Tujuan wisata di wilayah Sumatera Selatan ternyata tidak hanya berupa objek yang sudah dikenal umum, tetapi ada juga objek yang belum digarap dan masih “perawan”, berada di lokasi yang tersembunyi. Salah satunya, air terjun Tujuh Panggung di Desa Tanjungalam, Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang.


Sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Lahat, Kabupaten Empat Lawang memiliki tidak sedikit objek wisata, yang selain memberikan keindahan, juga sedikit tantangan. Di lokasi di atas deretan Bukit Barisan yang terletak 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl), air terjun Tujuh Panggung memang memberikan nuansa segar alam pegunungan. Alam yang masih belum tersentuh ini terletak di antara kebun-kebun warga dan hutan perawan.

Untuk mencapainya, pengunjung harus rela berjalan kaki sekitar tiga jam dari desa terdekat, Desa Tanjungalam. Kalau mau naik ojek, sebenarnya ada, tetapi hanya separuh jalan. Selebihnya pengunjung tetap harus berjalan kaki meniti jalan setapak di lereng bukit yang terjal dan licin berlumut.


SH yang mengikuti ekspedisi Musi Ulu baru-baru ini mendapati ternyata belum tersedia akses ke air terjun di panggung (tingkat ke tujuh). Maka bersama warga desa, tim ekspedisi ini membuka akses jalan.

Akses jalan memang masih berupa jalan setapak yang harus melewati bukit terjal dan hutan rimbun. Itu pun baru sampai ke panggung kedua. Selanjutnya masih berupa jalan yang melintasi semak belukar.

Kepala Desa Tanjungalam Jon Kenedi mengakui selama ini keindahan air terjun ini hanya dinikmati warga desanya. Itu pun terbatas yang punya kebun di sekitarnya.

Air terjun di panggung pertama terdiri dari enam deretan air mancur yang masing-masing setinggi sekitar dua meter dan di bawahnya ada lubuk sedalam sekitar 3-4 meter dengan luas sekitar 4x5 meter. Air yang jernih dan dingin membuat keinginan berendam tak tertahankan.


Sementara itu, panggung kedua hingga ketujuh juga memberikan nuansa yang berbeda, karena ketinggian masing-masing air terjun memang berbeda, antara 5-14 meter. Di panggung ketujuh, malahan terdapat dua sumber air yang mengucur ke lubuk di bawahnya. Hanya saja, panggung ini sepertinya memberikan kesan angker karena ada pusaran air yang cukup kuat.

Di atasnya lagi, sesungguhnya masih ada dua panggung air terjun. Namun belum ada satu orang pun yang berani menapakinya, karena memang jalan ke sana cukup terjal. Kemiringan tebing bebatuannya mencapai 45 derajat. Selain curam, tebing ini juga berlumut sehingga sulit didaki.

Nuansa alami yang liar ini memang memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang punya minat menikmati wisata alam. Hanya saja, lokasi ini cukup jauh dari Kota Palembang. Jarak Palembang ke Tebing Tinggi ditempuh dalam waktu tujuh jam menggunakan mobil atau kereta api.
Sumber Air Panas

Saat ekspedisi, suasana lebih meriah karena diramaikan oleh para pemburu babi. Ketua Persatuan Olahraga Berburu Babi (Porbi) Sumatera Selatan Hamlian membawa serta sedikitnya seratus pemburu lengkap dengan anjing. Hasilnya, 14 ekor babi hutan berhasil ditangkap dalam sehari dari kawasan perkebunan dan ladang masyarakat setempat.

Jika menggunakan kereta api, tersedia dua jadwal, siang dan malam. Kalau memilih kelas ekonomi bisa berangkat siang hari dari Stasiun Kertapati, Palembang dengan tujuan Lubuklinggau. Atau jika memilih kelas bisnis dan eksekutif berangkat malam hari. Jika berangkat dari Kertapati pukul 21.00 WIB, tiba di Stasiun Tebing Tinggi sekitar pukul 04.00 WIB.

Kalau memilih menggunakan mobil, pengunjung bisa menumpang bus ataupun menggunakan jasa agen perjalanan. Dari Tebing Tinggi menuju lokasi desa terdekat bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam. Kendaraan angkot bisa disewa untuk mencapai kawasan ini. Jadi untuk menikmati air terjun ini, dari Palembang pengunjung membutuhkan waktu tiga hari, termasuk perjalanan Tebing Tinggi-Palembang.

Kelelahan menempuh perjalanan dari Desa Tanjungalam ke lokasi air terjun rasanya terbayar ketika sudah menikmati kesegaran sawah alam di air terjun. Sepanjang jalan desa dan jalan setapak, ladang, sawah, serta gemericik air sungai menemani. Seusai menikmati air terjun, dua sumber air panas yang berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan kaki juga bisa melengkapi perjalanan wisata alam ini.

Jadi kalau Anda mau berwisata di lokasi yang alami, perawan, dan masih liar, objek ini bisa menjadi pilihan Anda untuk berpetualang sekaligus menikmati keindahan alam yang sangat luara biasa dan pasti akan meninggalkan kesan dan pengalaman berharga bagi Anda. So… jangan tunda lagi, rencanakan perjalanan anda saat ini juga.